the most wonderful feeling in the world is passion!when you have passion for something , it feels like you can conquer the world! this is the medium for me and my passion in writing.. cat : kalo lagi nggak passionate, normal ya kalo lama nggak nulis... [itu passion atau mood ya?]

Monday, April 23, 2007

Enaknya jadi yang Maha...ck..ck..ck...

Memang enak jadi "yang Maha".

Kerjaannya cuma menerima "ilmu" dari para Maha yang lebih Maha dari yang Maha , sampe- sampe ngerjain tugas sambil merem aja dapet nilai A minus.

Memang enak jadi "yang Maha".

Tinggal bayar sekian dijit dollar saja bisa langsung menerima berbagai macam ilmu yang amat sangat jelas dan berkualitas , sampe sampe seorang maha seperti penulis, harus membuka kamus baru , which is tidur di ruangan kelas begitu pelajaran dimulai.

Memang enak jadi "yang Maha".

Di kelas eksekutif aja , sang Maha yang lebih Maha dari yang Maha selalu berganti- ganti personel setiap minggu padahal pelajarannya sama. Gak heran ilmunya amat sangat menempel di otak.

Memang enak jadi "yang Maha".

Baru satu bulan duduk di ruang kelas sarjana, sudah ditanya, "Jadi kapan kalian akan selesaikan disertasi kalian?"

Memang enak jadi "yang Maha".

Kalo pas ujian, tinggal duduk manis di kelas, trus selesaikan soal yang kemarin sudah diberitahu dengan sistem open book. Atau, kalo beruntung, kita bisa selesaikan soal ujian yang sekaligus juga berfungsi sebagai Pekerjaan Rumah.

Memang enak jadi "yang Maha".

Apalagi kalo pas kebagian nyusun tugas akhir. Dari bulan ketiga belajar aja kita sudah diberi tahu siapa yang akan menjadi sang Maha yang lebih Maha dari yang Maha pembimbing kita. Wow, what a nice surprise!

Memang enak jadi "yang Maha".

Betapa beruntungnya, pas gilirannya bimbingan tugas akhir, dapet seorang Maha yang lebih Maha dari yang Maha, yang amat sangat profesional di bidangnya. Setiap kali dihubungi, jawabannya adalah "Saya adalah orang sibuk".
Setiap kali yang Maha ingin konsultasi, jawabannya "Anda ini bagaimana, saya ini orang sibuk, saya tidak terima konsultasi tatap muka", belum sempat yang Maha menjawab, telepon keburu ditutup. Tut..Tut..Tut..Tut..
Tinggallah Mbak Tutut disana.

Memang enak jadi "yang Maha".

Ketika ia membuat kesalahan, yang lebih Maha dari yang Maha jadi kapok dan tidak mau memeriksa tugas akhirnya lagi.

Memang enak jadi "yang Maha".

Ketika sang Maha sudah siap bertempur solo menuju Roma , tempat dimana yang lebih Maha dari yang Maha itu berada -- by appointment tentunya--tentunya dengan sedikit salah jalan dulu melewati Gurun Sahara dan Hutan Amazon, ketika akhirnya sang maha sampai di Roma, jawaban yang didapat hanyalah "Waduh, maaf, saya malah lagi ada di India".

Nikmatnya jadi "Yang Maha".......ck..ck..ck..
Menjadi Maha memang segalanya..
Tapi ingat, selalu ada yang lebih Maha dari yang Maha..

1 Comments:

Blogger BuLzky said...

Huehuehaha

Nggak enaknya jadi Maha:
Nggak ada yang betul-betul tulus mengucapkan kata "terimkasih karena telah membantu & mengajari"

Enaknya jadi yg bukan Maha:
Setelah semuanya selasai, tinggal bilang "Alhammdulliah"

:)

1:02 AM

 

Post a Comment

<< Home