Berdasarkan 'hidayah' yang baru saja diterimanya, akhirnya ia sadar sesadar- sadarnya bahwa ia memang benar- benar mencintai kota kelahirannya. Dibutuhkan waktu hampir 25 tahun untuk ia menyadari hal itu. Dan dimulailah pencariannya akan sejarah gedung- gedung tua di kotanya, sejarah asal mula kotanya terbentuk dan melakukan city tour dengan penuh suka cita dan rasa cinta seperti yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Di suatu long week end, terdamparlah ia dan kedua orang rekannya -yang juga memiliki kecintaan yang sama- melakukan suatu perjalanan atas dasar rasa cinta mereka terhadap kota Bandung.
Pertama- tama, mereka memilih untuk terlebih dahulu mengisi perut mereka yang sudah meronta siang itu. Dan akhirnya pilihannya jatuh di suatu tempat di bilangan Dago atas yang berkelok- kelok tentunya. Mereka sepakat untuk menuruti 'ngidam' nya mereka dengan nasi liwet. Jadilah, nasi liwet ayam jamur porsi berdua dinikmati bertiga, dan juga satu bowl cream soup plus roti khasnya yang selalu membuat hati rindu meluncur ke dalam pencernaan mereka. Setelah sedikit pembicaraan mengenai politik kantor dan indahnya hari itu, mereka pun beranjak pergi ke tujuan semula. Dan sampailah mereka.
Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda.
Terakhir kali ia pergi kesana, konon menurut ceritanya, adalah di waktu ia masih mengenyam pendidikan pre school alias play group beberapa puluh tahun yang lalu. Tentu saja perjalanan kali ini membawa excitement yang berbeda untuknya.
Dahulu dikenal dengan nama Dago Pakar, terletak 8 km dari pusat kota ke arah utara. Dapat dicapai dengan kendaraan umum dari terminal bis Cicaheum atau Kebun Kelapa dengan rute ke Dago. Dari sini ke lokasi Taman Hutan Raya ditempuh dengan perjalanan kaki sejauh 2 km, karena tidak ada kendaraan umum. Bila dengan kendaraan pribadi, anda bisa langsung ke lokasi. Secara keseluruhan luas kawasan Taman Hutan Raya ini kira-kira 590 h, terletak di daerah Aliran Sungai Cikapundung di Curug Dago. Berdiri pada ketinggian 770-1.330 meter di atas permukaan laut, dengan tofografi kawasannya miring, agak curam sampai curam sekali. Temperatur bagian lembah berkisar antara 22o-24o C, dengan curah hujan rata-rata 2.226 mm setiap tahun. Disana terdapat berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang memenuhi Hutan Raya. Dan yang tentunya amat ditunggunya, disana terdapat juga gua-gua buatan peninggalan Belanda dan Jepang.
ket foto : kiri : penampakan goa Jepang dari depan, tengah : lubang yg berfungsi sebagai jendela dan pintu darurat di masa persembunyian tentara Jepang, kanan : pintu utama masuk Goa Jepang
Pertama- tama, mereka langsung menuju ke Goa Jepang. Gua Jepang ini dibangun pada 1942-1945. Sebelum menuju Goa utama yang sudah jadi, mereka sempat melewati goa goa kecil yang berdasarkan analisis mereka sih, mungkin digunakan sebagai pos. Jadi mereka berlindung disana untuk sementara. Apabila mereka melihat ada bahaya yang datang, mereka akan segera berpindah ke Goa utama utk memberitahukan pasukan yang lain. Tapi keakuratan dari informasi tadi masih diragukan dan jangan dimasukkan ke otak anda. Goa Jepang ini memiliki beberapa pintu. Dan di dalamnya terdapat beberapa lubang yang berfungsi sebagai pintu darurat juga apabila ada bahaya yang mengintai. Salah seorang dari mereka sempat bertanya, 'kira- kira bagaimana ya pasukan Jepang tersebut membuat Goa ini?' karena apabila dipikirkan pun, kalo menggunakan alat- alat berat agak tidak memungkinkan karena resiko ketahuannya yang cukup besar. Ternyata mereka mendapatkan jawabannya dari guide yang menemani mereka masuk ke dalam Goa itu. Menurut sang Guide, manusia- manusia pribumi lah yang berjasa menggali, mencangkul dan terus menggali Goa tersebut. Konon kabarnya juga pembuatan Gua ini memakan banyak korban. Di Gua tersebut terdapat dataran yang dibuat agak lebih tinggi yang dipakai untuk tempat beristirahat pasukan yang bersembunyi disana. Ada juga dataran lain yang juga tinggi tapi tidak terlalu lebar yang dibuat untuk menyimpan makanan dari jangkauan binatang- binatang.
keterangan foto : kiri atas : pemandangan di sepanjang jalan menuju gua Belanda, tengah : Gua Belanda, kanan atas : coba dibaca sendiri, kiri bawah : sisa- sisa radio Belanda yang dulu digunakan utk berkomunikasi dengan 'dunia gaib' eh 'dunia luar', terakhir : sisa- sisa engsel tempat menyimpan senjata yang posisinya amat rapi
Berjalan sekitar 600 m lagi, sambil memutar kepala ke kiri , kanan dan melihat saja, banyak pohon dan tumbuh- tumbuhan yang sudah amat jarang ditemui saat ini, sampailah mereka di Gua Belanda. Gua ini ukurannya jauh lebih besar dibandingkan Gua jepang (yaitu sekitar 750 m) dan jauh lebih modern juga karena pernah direnovasi di tahun 1983 ketika Presiden Soeharto masih berkuasa. Menurutnya, Gua Belanda ini juga lebih canggih, pertama, karena disana dibuat adanya 4 pintu tempat masuk ke Gua tersebut, dengan satu yang belum sempat diselesaikan entah karena alasan apa (Gua ini dibangun pada 1923an) kemudian ada juga jejak- jejak bekas rel di lantai gua tersebut. Menurut sang Guide, ini adalah bekas rel alat untuk mengangkut makanan dan barang- barang ke dalam Gua. Kemudian di sebelah kiri dinding juga terdapat bekas- bekas tempat untuk mereka menyimpan senjata yang sudah sangat teratur. Berjalan agak lebih sedikit dalam lagi, ada juga ruang interogasi bagi seseorang yang dicurigai memiliki maksud- maksud tertentu dan ruang tahanan dimana para orang yang mencurigakan tersebut ditahan sementara (entah nasib mereka kemudian seperti apa) dan yang menariknya, pintu untuk masuk ke ruang tahanan ini masih asli sehingga kita bisa melihat kekokohan 'bangunan' yang diciptakan pada kala itu. Ada juga lubang tempat para penjaganya mengontrol tahanan mereka, yang letaknya 1 meter lebih tinggi dibandingkan mereka. Yah, maklum lah orang Kaukasia kan memang dianugerahi postur tubuh yang cukup menjulang. Gua ini juga dibagi- bagi menjadi beberapa lorong yang di setiap ujung lorongnya terdapat tempat untuk menyimpan makanan tadi. Sangat teratur. Ia juga melihat masih ada sisa sisa peninggalan radio yang mereka gunakan dulu untuk berkomunikasi dengan 'dunia luar' dan alat untuk menyalakan diesel untuk penerangan tentunya. Mereka memang bangsa yang sangat pintar, sampai membuat negara kita juga jadi agak kurang pintar sampai saat ini.
To Be Continued...